Senin, 11 Oktober 2010

veronika

Veronika
Jakarta memang kota yang menjanjikan sejuta mimpi dan angan bagi sebagian orang. Semua orang berlomba-lomba untuk mewujudkan mimpi mereka di kota metropolitan ini. Mereka merajut impian dan mewujudkannya dengan segala macam cara yang dilakukan.
Kulajukan mobil ku di kota yang tak pernah tidur ini. Sudah tengah malam tapi seolah orang-orang didalamnya tak pernah merasakan lelah untuk beraktivitas. Deru kendaraan memecah kesunyian malam dan semua pun tetap terjaga. Malam ini aku memang pulang lebih larut dari biasanya sudah hampir jam dua pagi tapi mata ku belum terpejam selama seharian.
“ Kring, kring....”
Alarm hp ku berbunyi
Ku bersiap untuk pergi ke kantor seperti biasanya. Ku ambil baju berwarna pastel, sepatu dan tas berwarna hitam warna favorit ku. Ku memulas bibir dengan warna yang tidak terlalu mencolok. Hari ini kantor kami akan kedatangan investor dari perusahan terkemuka. Semua berkas- berkas telah aku siapkan untuk melalukakan rapat pada pagi ini.
“Sinta, kamu dah siapin materi rapat untuk hari ini, klien kita akan datang tepatnya jam berapa?”
“Setelah makan siang ve.”
“Ok. Kamu siapkan ruang rapat satu jam sebelum meeting ya.”
Pak aris menyerahkan persentasi ini untuk aku tangani, aku dipercaya untuk menangani proyek kali ini.
“Demikianlah persentasi dari saya kali ini, selamat datang dan selamat bergabung dengan perusahaan kami’
Perusahaan kami memenangkan proyek besar dari investor asing. Mereka berminat untuk bekerja sama.
“saya tidak salah memilih kamu untuk mempersentasikan proyek kita kali ini. Dan akhirnya kita mendapatkan proyek ini.”
“terima kasih atas kepercayaan bapak memilih saya.”
Setelah makan siang selesai kami kembali kekantor lagi.
“Ve, denger- denger lo mau di rekomendasiin untuk mimpin kantor cabang yang ad di jogya, bener ya?
“ya, pa aris minta gw untuk kesana. Katanya mau dibuka resort baru disana.
“karir lo makin cemerlang aja ya setahun belakangan ini, gw liat semakin bagus”
“ah lo bisa aja.”
Terpikirkan semua kejadian yang ada dikantor hari ini. Karir yang semakin bagus tapi aku tetap menginginkan hal yang lain yang belum aku dapatkan. Aku merantau kejakarta untuk kuliah. Belajar hidup mandiri untuk menggapai cita-citaku. Semua kini telah aku dapatkan. Aku merindukan kampung halaman ku di Makassar. Sudah hampir sembilan tahun aku meninggalkan ibu dan adik-adik disana.
“ibu, ve akhir bulan ini akan balik ke Makassar, sudah rindu ibu dan adik-adi disana.”
“ibu juga rindu kamu ve, kamu hati-hati di rantau orang ya nak, restu ibu selalu menyertai mu nak”
Aku mencari semua ini untuk ibu dan adik-adik. Aku menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal bapak ketika aku masih smp. Aku tidak pernah menjadikan hidup ini menjadi beban karna aku tahu semua ini memang menjadi suratan takdir hidup ku.
“ibu, mav ve tidak bisa pulang seperti yang ve janjikan, ada pekerjaan keluar kota bu.”
“tak apa nak, ibu mengerti, jaga dirimu baik-baik”. Suara ibu parau di ujung telepon disana aku tahu ibu sangat ingin bertemu dengan ku, tapi aku berjanji akan datang untuknya di lain waktu.
Sebulan kemudian aku pergi ke untuk pergi menemui ibu perasaan sendu menyambut kedatangan ku
“kak, ibu titip surat untuk mu, dia sangat merindukanmu.” Andi memberikan sepucuk surat untuk ku.
Teruntuk ananda Ve
Ibu menantikan mu di setiap petang, membayangkan mu disetiap malam dan mendoakan mu di setiap sujud. Ibu selalu ingin memasakan makanan dikala kau pulang bekerja, menyiapkan pakaian disaat kau beraktivitas dan menemanimu disaat kau tertidur lelap. Ibu merindukan ve anak ibu yang sekarang telah dewasa yang bisa berdiri di kakinya sendiri. Wanita yang sukses dalam karirnya. Ibu ingin menimang cucuk darimu nak. Melihat ve kecil dalam dirinya dan tumbuh menjadi dewasa. Semoga ibu bisa melihatnya. Doa ibu selalu menyertaimu anak ku Ve yang terkasih.

Salam sayang dan cinta dari ibu.

Titik-titik air mata membasahi pipi ku mereka merengsak untuk keluar. Tak kuasa melihat ibu yang kini ada di depan ku terbujur kaku dengan senyuman dingin di wajahnya. Aku datang untuk mu bu tapi aku tak bisa melihat senyum hangat di wajahmu yang sangat aku rindukan. Tapi apapun yang aku katakan tak akan merubah apapun. Aku ingin memutar waktu untuk tetap melihat senyuman hangat yang sangat aku rindukan. Maaf aku tak bisa memenuhi hal yang sangat kau inginkan. Hari itu hujan mengiringi kedatangan ku dan juga kepergian ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar